"Hey
guys! Bangun!! Bangun!! Kita udah sampai dirumah Nenek aku nih.” Seru Lika.
Mereka pun kaget dan langsung turun dari mobil. Pak Agus menurunkan tas – tas
Riko, Priska dan Lika dari bagasi mobil. Nenek Lika menyambut kedatangan mereka
dengan hangat. Nenek Lika telah menyiapkan air hangat untuk mereka bertiga
mandi.
“Aduh makasih banyak Nenek Lika,, tapi lain kali, tidak
usah repot – repot membuatkan kita air hangat. Kita disini kan mau berlibur,
kalau mandi pake air hangat sih sama aja kaya di Bandung. Kita lebih asik mandi
disungai” ucap Riko. Walaupun Riko dimanja oleh Ayah Bundanya, tapi dia tidak
pernah menunjukan kalau dia dimanja. Di selalu bersikap mandiri. Tapi kadang
Riko mempunyai sifat buruk
yaitu bandel dan susah untuk dikasih tau.
“Iya
nek,, tapi, makasiiih banyak sudah mau membuatkan air hangat untuk kita.” Ucap
Priska sambil pergi bergegas ke kamar mandi. Mereka pun silih bergantian pergi
ke kamar mandi, setelah mandi mereka berkumpul bersama Ujang, Kakek, dan Nenek
Lika di saung belakang rumah untuk makan siang.
“Setelah ini kita main ucing sumput yuk!” ajak Ujang,
saudara laki – laki Lika.
“Ucing sumput? Ucing itu kucing kan? Sumput itu
bersembunyi. Iyakan? Jadi kucing bersembunyi ya Lik? Aku baru mengenalnya.
Seperti apa mainnya?” tanya Riko. Sepanjang
hidupnya dia rasa dia yang
paling tau dari segala jenis permainan, tetapi kali ini dia bingung dengam
permainan yang bernama “Ucing sumput”
“hahaha” Lika tertawa terbahak bahak. “Cara bermainnya itu,
nanti kita hompimpa, yang kalah jadi ucing. Kalau yang jadi ucing itu harus
menutup matanya. Yang tidak jadi ucing harus bersembunyi. Nanti yang jadi ucing
harus mencari yang nyumputnya. Yaa seperti permainan petak umpet. Gitu Riko,
ngerti gak?” jelas Lika.
“ooh iya – iya aku mengerti. Kalau begitu, ayo kita
main!”
“aku boleh ikut yaaa” pinta Priska.
“tentu, kau harus ikut, makin banyak yang ikut, makin
rame. Aku akan ajak teman – temanku yang lain ya” ucap Ujang. Ia segera pergi
kerumah temannya untuk mengajak bermain ucing sumput.
Beberapa menit kemudian
mereka bermain ucing sumput. Lagi lagi Priska yang jadi ucing. Lika dan yang
lain bersembunyi dibawah saung, Ujang dan temannya bersembunyi di belakang
semak – semak. Riko bersembunyi dihalaman suatu rumah yang sudah lama tidak
terurus.
“Lika, Rina!! 25 !!” Teriak Priska. Priska terus mencari
yang lainnya. “Ujang, Orik !! 25 !!”
“Kalau Riko kemana yaaa... bantuin cari yu,, aku gak
hafal daerah sini..” pinta Priska kepada teman – temannya.
“siip deh” ucap teman – temannya. Mereka terus mencari
dimana Riko bersembunyi.
“Riko! Ngapain kamu bersembunyi disini? Kamu tau gak?
Rumah ini itu gak boleh dimasukin sama anak – anak. Pamali tau gak?” Ujang
memarahi Riko yang bersembunyi di rumah tua itu. Rumah tua itu dipercayai warga
sekitar dapat menculik anak.
“Ya maaf, aku kan gak tau kalau dilarang untuk masuk
kerumah ini. Lagian pamali itu apa sih?” ucap Riko.
“pamali itu gak boleh.” Jawab Lika. Mereka melanjutkan
bermain.
Malam harinya, Ujang
menceritakan kepada kakek kalau tadi siang Riko masuk ke rumah tua itu. Kakek
menasehati Riko kalau kita dilarang masuk kerumah itu.
“emang kenapa sih kek? Kok sampe gak boleh gitu?” tanya
Priska.
“dulu, rumah itu milik perempuan tua yang masih kuat animisme
dan dinamismenya. Sebelum meninggal nenek itu titip pesan, bahwa suatu saat dia
meninggal, jangan ada yang masuk ke rumah dia. Kalau ada yang melanggar,
arwahnya akan gentanyangan.” Cerita kakek kepada anak – anak.
“wah kek? Yang benar?” tanya Riko tidak percaya
“iya. Mangkanya jangan mau kesana kesana lagi!” ucap Ujang
“sudah – sudah. Sudah malam waktunya kalian untuk tidur.”
Nenek menyuruh Riko, Priska, Lika, dan Ujang untuk tidur.
Sebelum tidur, Riko
berbicara kepada Priska “Aku tidak percaya sama ucapan kakek. Malam ini,
setelah kakek dan nenek tertidur, aku mau ke sana untuk membuktikan bahwa rumah
itu tidak ada apa – apa. Tidak ada yang berbau mistis!”
“Wah Rik, jangan Rik, bahaya! Kamu jangan bandel deh,
nanti kalau ada apa – apa sama kamu gimana?” cegah Priska.
“udahlah, kamu gak usah khawatir. Tidur aja ya, kecuali
kalau kamu mau ikut sama aku. Tapi kalau engga awas, jangan bilang ke kakek!”
jawab Riko bandel. Ternyata ucapan Riko itu terdengar oleh kakek.
Seperti rencanya, Riko pun masuk kedalam rumah itu hanya
berbekal senter. Dibelakang, kakek mengikuti Riko. Riko membuka pagar rumah itu
dan masuk kedalam rumah. Setelah Riko berada didalam, Kakek menutup Pintu rumah
itu dengan keras dan menahannya agar pintu tersebut tidak bisa dibuka, seolah –
olah terkunci.
Riko mengetuk pintunya. Dan berteriak minta tolong.
“Toloooong,,, tolong buka pintunyaaa!! Bukaaa!!” Riko menjerit – jerit dan
menangis ketakutan. Kakek masih menahan pintunya. “Ampuni saya! Saya tidak akan
berani berani masuk kedalam rumah ini!! Saya janji!” Riko menjerit lagi minta
ampun.
Mendengar
janji Riko, kakek pun pura pura mendobrak pintu itu.
“kakek,
maafkan saya sudah tidak percaya sama ucapan kakek. Saya tidak akan
mengulanginya lagi.” Ucap Riko sambil memeluk kakek.
Ini
pengalaman baru bagi Riko. Riko jera tidak akan nakal lagi.
Sebenarnya,
Kakek melarang anak – anak untuk tidak boleh masuk kerumah itu bukan karena
arwah yang punya rumah itu akan gentayangan. Tetapi ada sesuatu yang kakek
sembunyikan dari mereka sehingga kakek melarang semua waga untuk masuk kerumah
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar